Artikel Ilmiah - PENTINGNYA DOLPHIN ASSISTED THERAPY DALAM MENSTIMULASI GELOMBANG SENSORY MOTORY RHYTM ANAK AUTIS


Disusun Oleh:
Ernawati (2014-36-041)   

UNIVERSITAS ESA UNGGUL 
2016

PENTINGNYA DOLPHIN ASSISTED THERAPY DALAM MENSTIMULASI GELOMBANG SENSORY MOTORY RHYTM ANAK AUTIS
ABSTRAK
Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Dibutuhkan sebuah terapi untuk melatih kemampuan anak autis, salah satunya adalah terapi autis. Terapi autis yang dimaksud adalah Dolphin Assisted Therapy (DAT). Dolphin Assisted Therapy (DAT) adalah terapi lumba-lumba. Gelombang sonar lumba-lumba mempunyai kesamaan dan fungsi dengan gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR)  pada otak manusia. Pada anak autis gelombang SMR-nya mengalami gangguan, maka hal ini bisa distimulasi dengan gelombang sonar lumba-lumba. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tracy L. Humphries, seorang peneliti di  Orelena Hawks Puckett Institute, Asheville telah membuktikan bahwa Dolphin Assisted Therapy mempunyai peran untuk menstimulasi gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR) anak autis. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perkembangan terhadap semua anak autis yang mengikuti penelitian. Perkembangan tersebut adalah perkembangan dalam bidang sensorik dan motorik. Bahkan mereka juga mengalami peningkatan motivasi.
Kata kunci: autisme, terapi autis, dolphin assisted therapy, sensory motory rhytm, gelombang, stimulasi.
ABSTRACT
            Autism is pervasive developmental disorder in children characterized by disorder in cognitive, behaviour, language, communication and social interaction. A therapy is needed by children who have autism to train their ability. One of the form of the therapies is autistic therapy. In this context, autistic therapy means Dolphin Assisted Therapy (DAT). Dolphin Assisted Therapy (DAT) is a dolphin therapy. Dolphin sonar wave has a similiar function with Sensory Motory Rhytm (SMR) wave in the human brian. The SMR of children with autism has disorder, therefore it can be stimulated by dolphin sonar wave. A research conducted by Tracy L. Humphrie , a scientist in Orelena Hawks Puckett Institute, Asheville, had proven that Dolphin Assisted Therapy has  functions for stimulating Sensory Motory Rhytm (SMR) wave in autistic children. It was proved by the development in all autistic children who followed the research. The developments were in the form of sensory and motory development, as well as increased motivation.
Keywords: autism, autistic therapy, dolphin assisted therapy, sensory motory rhytm, wave, stimulate.                                                                               ii
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang   
Autisme pertama kali dipublikasikan oleh Dr. Leo Kanner, seorang dokter spesialis kesehatan jiwa dari Harvard tahun 1943. Kata autis berasal dari bahasa Yunani “auto” berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan “gejala hidup dalam dunianya sendiri”. Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autisme berarti gangguan perkembangan kompleks dimana gejalanya akan mulai terlihat sebelum usia 3 tahun. Autisme akan mempengaruhi interaksi sosial, komunikasi verbal dan non verbal, serta gangguan perilaku pada anak. Anak dengan autisme memiliki masalah dalam mempergunakan bahasa, membentuk hubungan, dan salah menginterpretasikan keadaan lingkungan sekitarnya.
            Autisme bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindrome atau kumpulan gejala dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa, dan kepedulian terhadap sekitar, sehingga anak autis seperti hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak autis terjadi kelainan emosi, intelektual, dan kemauan (Yatim, 2003).
            Menurut American Pshychiatric Association, autisme dikenal sebagai Pervasive Development Disorders. Angka kejadian autisme semakin meningkat setiap tahunnya. Dilansir dari Autism Research Institute di San Diego, pada tahun 1987 jumlah anak autis 1:5000 anak, sedangkan tahun 2005 meningkat tajam menjadi 1:160 anak. Di Amerika Serikat, kelainan autisme empat kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dan lebih banyak diderita anak-anak keturunan Eropa Amerika dibandingkan yang lainnya. Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 112.000 anak menyandang autisme. Angka tersebut diasumsikan dengan prevalensi autisme pada anak yang ada di Hongkong, yaitu 1,68 per 1000 untuk anak di bawah 15 tahun. Jadi, pemerintah menghitung dengan asumsi prevalensi autisme yang ada di Hongkong, di mana jumlah anak usia 5-19 tahun di Indonesia mencapai 66.000.805 menurut data Badan Penelitian Statistik (BPS) 2010.
Data UNESCO pada tahun 2011 mencatat, sekitar 35 juta orang di dunia menyandang autis. Itu berarti rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia mengidap autisme. Begitu juga dengan penelitian Center for Disease Control (CDC) Amerika Serikat pada tahun 2008, menyatakan bahwa perbandingan autisme pada anak usia 8 tahun yang terdiagnosa dengan autisme adalah 1:80.
           
2
Beberapa ahli mengatakan bahwa penyebab penyakit autis adalah faktor genetik. Jika suatu keluarga memiliki anak autisme, maka kemungkinan memiliki anak dengan autisme lagi  adalah 3-8%. Sedangkan jika salah satu anak kembar menderita autisme, kemungkinan kembarannya juga menderita autisme sebesar 30%. Abnormalitas kromosom DNA dan masalah pada susunan saraf ditemukan pada sebagian besar anak autisme.
            Penyebab autisme cukup sulit untuk dijelaskan karena otak manusia sangat rumit. Otak berisi lebih dari 100 miliar sel saraf yang disebut neuron. Setiap neuron dapat memiliki ratusan atau ribuan sambungan yang membawa pesan ke sel saraf lain di otak dan tubuh. Dengan adanya sambungan-sambungan dan zat kimia pembawa pesan (neurotransmitter) yang dapat menyebabkan manusia dapat melihat, merasakan, bergerak,  mengingat dan bekerja sama seperti seharusnya. Karena pada beberapa alasan, beberapa sel dan sambungan di otak anak dengan autisme, terutama pada wilayah yang mengatur komunikasi, emosi dan indrawi tidak berkembang dengan baik atau bahkan rusak.
            Dolphin Assisted Therapy (DAT) adalah terapi lumba-lumba yaitu suatu terapi yang menggunakan bantuan hewan dan dilaporkan memberikan efek perbaikan terhadap pikiran dan fungsi tubuh, serta kualitas hidup. Terapi ini bukan untuk menyembuhkan penyakit atau bukanlah salah satu cara untuk memberikan suatu keajaiban, tetapi dapat menjadi alternatif cara atau variasi yang bisa diperkenalkan  kepada anak penyandang autis. Terapi anak autis dengan lumba-lumba terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih cepat dibandingkan terapi lainnnya. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis. Gelombang sonar pada ikan lumba-lumba adalah gelombang yang dipancarkan dari sistem saraf lumba-lumba. Gelombang sonar ini mempunyai kesamaan dan fungsi dengan gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR)  pada otak manusia. Pada anak autis gelombang SMR-nya mengalami gangguan, maka hal ini bisa distimulasi dengan gelombang sonar lumba-lumba.
            Dolphin Assisted Therapy (DAT) dimulai oleh antropolog Dr. Betsy Smith di awal tahun 70’an setelah melihat efek terapis lumba-lumba pada saudaranya yang mengalami ganguan saraf. Selanjutnya terapi ini dikembangkan oleh Dr. Nathanson di The Dolphin Human Therapy Center di Florida, Amerika.
Penyandang autis memiliki perkembangan yang lambat baik dari segi motorik maupun kognitif. Hal ini dikarenakan otak penyandang autisme  kurang atau bahkan tidak menghasilkan gelombang SMR (Sensori Motori Rhytm). Seperti telah disebut di atas, pola gelombang yang dipancarkan lumba-lumba ternyata memiliki kesamaan dengan gelombang SMR pada otak manusia.
3
            Di tubuh lumba-lumba terkandung potensi yang bisa menyelaraskan saraf motorik san sensorik penderita autis. Oleh sebab itu, gelombang sonar lumba-lumba dijadikan stimulus untuk otak penyandang autisme agar dapat menghasilkan gelombang SMR seperti orang tanpa autisme pada umumnya.
            Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk menjelaskan  pentingnya Dolphin Assisted Therapy (DAT) dalam menstimulasi gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR) anak autis.
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana peran Dolphin Assisted Therapy dalam menstimulasi gelombang Sensory Motory Rhytm anak autis?
2.      Apakah terdapat perkembangan sensorik dan motorik terhadap penyandang autis setelah menjalani Dolphin Assisted Therapy?
C. Tujuan Penelitian
§  Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya Dolphin Assisted Therapy (DAT) dalam menstimulasi gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR) anak autis.
§  Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a.       Mengetahui peran Dolphin Assisted Therapy dalam menstimulasi gelombang Sensory Motory Rhytm anak autis.
b.      Mengetahui perkembangan sensorik dan motorik terhadap penyandang autis setelah menjalani Dolphin Assisted Therapy.
D. Manfaat Penelitian
1.    Memberikan informasi kepada pembaca terkait tentang manfaat Dolphin Assisted Therapy (DAT) dalam menstimulasi gelombang Sensory Motory Rhytm pada anak autisme.
2.    Sebagai bahan masukan bagi orang tua dan masyarakat tentang manfaat Dolphin Assisted Therapy (DAT) pada anak autisme.




4
E. Metode Penelitian
            Di sini penulis menggunakan data tersier dari penelitian yang dilakukan oleh Tracy L. Humphries (Bridges Volume 1, Number 6, May 2003), seorang peneliti di  Orelena Hawks Puckett Institute, Asheville. Penelitian yang dilakukan oleh Tracy L. Humphries terfokus pada keefeketifan Dolphin Assisted Therapy   yang diberikan kepada anak-anak yang mengalami disability untuk meningkatkan kognitif, sensorik, motorik, dan emosional, salah satunya terhadap anak autis. Sampel dalam penelitian tersebut  diberikan kepada 15 orang anak usia 1-3 tahun penyandang autis; 9 orang sampel berjenis kelamin laki-laki, 4 orang berjenis kelamin perempuan, dan 2 orang tidak disebutkan jenis kelaminnya. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode pretest dan postest. Metode pretest dan postest akan menilai perkembangan anak sebelum dan sesudah  Dolphin Assisted Therap. Dolphin Assisted Therapy dilakukan di bawah bimbingan Dolphin Human Therapy. Dolphin Assisted Therapy (DAT) terdiri dari latihan motorik dan berbahasa. Latihan motorik bagi mereka yaitu dengan menempatkan sebuah cincin ke dalam sebuah pasak. Sedangkan latihan berbahasa yaitu mereka dilatih untuk mengucapkan sebuah kata. Alat-alat tambahan pada terapi DAT yaitu berupa bola karet atau cincin untuk meningkatkan motorik. Selama tahap orientasi, anak-anak beserta therapist berinteraksi dengan lumba-lumba dari karet apung atau dari dalam air. Mereka memberikan gerakan motorik, kognitif dan respon bahasa. Jika anak-anak masuk ke tahap orientasi, therapist duduk di atas karet  apung sekitar 2-3 inci di atas air, sementara pelatih lumba-lumba mengontrol pergerakan lumba-lumba di dalam air. Selama orientasi, anak-anak bermain dengan lumba-lumba dari karet apung untuk memberikan sinyal tangan kepada lumba-lumba. Mereka dilatih untuk bisa berinteraksi dengan lumba-lumba. Interaksi tersebut bisa berupa sentuhan, ciuman, menaiki lumba-lumba, dan lain sebagainya. Selanjutnya therapist akan bekerja dan membantu pada area tertentu seperti berbicara, bertingkah, dan keahlian motorik. Therapist akan mendesain program sesuai dengan kebutuhan anak.







5
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil penelitian ini didahului dengan karakteristik anak berdasarkan usia dan jenis kelamin. Usia yang dimaksud adalah usia 1-3 tahun. Hasil yang diperoleh adalah 60% laki-laki, 27% perempuan. Sisanya 13% tidak diketahui (dirahasiakan) jenis kelaminnya. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu semua anak autis dalam penelitian tersebut mengalami perkembangan dan peningkatan kecakapan serta motivasi daripada sebelumnya. Dengan demikian terjadi pengaruh antara Dolphin Assisted Therapy (DAT) dalam menstimulasi kecakapan sensorik dan motorik anak autis.
B. Pembahasan
Dengan ultrasonar yang dimiliki, lumba-lumba dapat mengetahui jika adanya gangguan kesehatan pada manusia yang berada dekat dan juga berkomunikasi dengan mereka. Saat berinteraksi dengan manusia di dalam air, lumba-lumba bisa mengirimkan daya akustik sampai 1 kilowatt yang mampu menembus tembok setebal 30 cm. Maka daya ini pun dapat menembus tengkorak kepala dari manusia tersebut.
Dalam memberikan terapi harus sesuai dengan kebutuhan anak dan diusahakan anak memberikan reaksi yang baik terhadap stimulasi walaupun bukan reaksi yang dituntut, melainkan dibimbing sesuai kebutuhan, kemampuan dan tingkat perkembangan anak. Sedikit demi sedikit anak diberi aktivitas yang lebih dapat mengembangkan proses pengolahan informasi sensorik yang lebih baik (Bonny Danuatmaja, 2003). Dr. Cole (seorang ilmuan dalam bidang neurology) mendapatkan bahwa ada suatu perubahan faal bila manusia berinteraksi dengan lumba-lumba. Setelah berinteraksi dengan lumba-lumba didapatkan bahwa anak-anak tersebut menjadi lebih tenang. Ritme dan suara vibrasi membantu membangkitkan perubahan mood dan berenang dengan lumba-lumba bisa menciptakan perubahan sel-sel psikologi dan jaringan dalam tubuh. Bunyi yang dikeluarkan lumba-lumba sangat kuat sehingga bisa menyebabkan pembentukan lubang di struktur molekul-molekul cairan dan jaringan lunak.
Terapi anak autis dengan lumba-lumba terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih cepat dibandingkan terapi lainnnya. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis. Gelombang sonar pada ikan lumba-lumba adalah gelombang yang dipancarkan dari sistem saraf lumba-lumba gelombang sonar ini mempunyai kesamaan dan fungsi dengan gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR) pada otak manusia.

6
Karena pada anak autis gelombang SMR nya mengalami gangguan, maka hal ini bisa distimulasi dengan gelombang sonar lumba-lumba.
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, terbukti bahwa Dolphin Assisted Therapy (DAT) dapat menstimulasi gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR) anak autis. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perkembangan terhadap semua anak autis yang mengikuti penelitian. Perkembangan tersebut adalah perkembangan dalam bidang sensorik dan motorik. Bahkan mereka juga mengalami peningkatan motivasi.



















7
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian yang dilakukan tentang pentingnya Dolphin Assisted Therapy (DAT) dalam menstimulasi gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR) anak autis menjelaskan bahwa terapi tersebut mempunyai manfaat terhadap perkembangan sensorik dan motorik anak autis. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis. Gelombang sonar pada ikan lumba-lumba adalah gelombang yang dipancarkan dari sistem saraf lumba-lumba. Gelombang sonar ini mempunyai kesamaan dan fungsi dengan gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR)  pada otak manusia. Pada anak autis gelombang SMR-nya mengalami gangguan, maka hal ini bisa distimulasi dengan gelombang sonar lumba-lumba
 Sosialisasi mengenai pentingnya Dolphin Assisted Therapy (DAT) terhadap anak autis dirasa cukup penting untuk dilakukan melihat angka penyandang autis yang selalu mengalami peningkatan. Di sisi lain, istilah Dolphin Assisted Therapy kurang begitu familiar di kehidupan msayarakat, oleh karena itu diperlukan sebuah sosialisasi mengenai terapi tersebut.














8
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memiliki keistimewaan  dan yang telah memberikan nikmat iman, kesehatan dan kekuatan dalam penyusunan artikel ilmiah ini. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan semua pengikutnya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.      Ayah dan Ibunda tercinta yang telah memberikan semangat dan motivasi.
2.      Kakak senior Rekam Medis yang telah memberikan arahan mengenai penulisan artikel ini.
Semoga artikel ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi Universitas Esa Unggul dan umumnya bagi semua pembaca yang budiman.















9
DAFTAR PUSTAKA
Anonim_1. 2015. Penyebab Autis. Tersedia: http://penyebabautis.com/. Diakses hari Minggu, 24 Mei 2015.
Anonim_2. 12 April 2013. Penderita Autisme di Indonesia Terus Meningkat. Tersedia:  http://m.jpnn.com/news.php?id=167064. Diakses hari Minggu, 24 Mei 2015.
Anonim_3. 2015. Autisme Therapi – Terapi untuk menyembuhkan dan Mengatasi Autisme Anak. Thttp://www.terapiotak.com/?27,menyembuhkan-autis-dengan-terapi- . Diakses hari Minggu, 24 Mei 2015.
Tracy L. Humphries. 2003.  Effectiveness of Dolphin-Assisted Therapy as a Behavioral Intervention for Young Children with Disabilities. U. S. Department of Education. Orelena Hawks Puckett Institute.

Upikke. 21 Juni 2010. Terapi Lumba-Lumba untuk Penyandang Autis. Tersedia: http://upikke.staff.ipb.ac.id/2010/06/21/terapi-lumba-lumba-untuk-penyandang-autis/. Diakses hari Minggu, 24 Mei 2015.
Valencya. 2013. Dolphin Assisted Therapi (DAT). Tersedia: http://vhalencya.wordpress.com/tag/autism/. Diakses hari Minggu, 24 Mei 2015.

Comments